Baca selengkapnya
Kata orang aku itu kutukan. Hadir sebagai bencana. Ayah-ibuku tiba-tiba saja mengalami kecelakaan saat aku masih bayi. Kakakku mati tenggelam di kolam renang. Nenek terpeleset di lantai kamar mandi hingga tewas. Kakek terkena sambaran petir saat bermain golf.
Kini aku terasing, tak ada kerabat yang datang mengunjungi rumah mewahku. Ketakutan sudah terlebih dahulu datang dalam benak mereka. Tak mau mati.
Jangan tanya tetanggaku. Mereka membuat jarak lima meter saat akan berpapasan. Tak jarang orang-orang memperolokku dengan panggilan Maraba. Sungguh tragis hidupku. Sebatang kara di tengah ingar bingar tawa.
Hingga suatu ketika ada anak perempuan dengan rambut dikucir seperti kuda datang menghampiriku. Dia satu-satunya orang yang berani dekat denganku. Mungkin dia sudah tidak takut mati.
"Maraba, lihatlah! Di tanganku aku menuliskan sebuah takdir untuk Revana, orang yang sering mengejekmu."
Kutatap telapak tangannya. Tak ada tulisan yang dia tunjukkan. Bersih, hanya gurat urat nadi yang tergambar di kulit putihnya. Tak mau ambil pusing, kuanggukkan kepala mengiyakan apa yang dia sampaikan. Selepasnya, aku pergi meninggalkannya. Orang aneh pikirku.
Satu minggu dari kejadian itu, Revana dikabarkan meninggal terkena sengatan listrik colokan komputer miliknya. Berita yang kudengar itu tak kupercayai sepenuhnya. Bisa saja hanya kebetulan. Berbeda denganku yang memang pembawa malapetaka.
"Kau lihat berita di televisi?" tanyanya padaku di pagar rumah, "aku bisa mencelakai setiap orang yang menghinamu."
Kuanggukkan kepala tanda mengerti. Lalu berlalu membiarkan orang yang kuanggap gila berbicara di sana sendirian.
"Maraba!“ Panggilannya menghentikan langkahku. "Besok perumahan ini akan hangus terbakar, kecuali rumahmu." Kuanggukkan lagi kepala, tak mau banyak berkomentar dengan ucapan gilanya.
Pagi itu, saat aku terbangun dari tidur, kulihat seluruh perumahan terbakar, kecuali rumahku. Kucari sosok anak perempuan itu di seluruh penjuru, tetapi tak kutemukan batang hidungnya. Hingga aku melewati toko --yang dikelilingi kaca-- yang sebagiannya terbakar. Kudapati anak perempuan itu berdiri di balik kaca mengikuti setiap gerak yang aku lakukan.
Dede Aah Humairoh
TSM, 27 Desember 2019
1 Reviews
Terluv ...
BalasHapus